Siapa yang tidak pernah disangoni (diberi uang saku)? Semua siswa dari SD-SMA pasti pernah disangoni. Mulai dari 500 rupiah, 2000,
10 ribu, sampai 100 ribu per harinya. Jumlah yang diberikan itu seharusnya
sudah dikalkulasikan oleh orang tua kita, dan seharusnya jumlahnya lebih dari
cukup. Tapi bagaimana dengan kita, cukupkah jumlah itu?
Bedasarkan pengamatanku sehari-hari, kita masih belum
bisa memanfaatkan uang saku dengan bijak. Contohnya, saat ada yang menjual
stiker/kaos, kita langsung rebutan untuk membeli. Atau saat istirahat, kita
menghabiskan uang sangu kita untuk beli makanan kecil dan es buah. Saat
waktunya makan siang, uang saku kita sudah mepet atau bahkan habis sama sekali.
Sehingga kita tidak punya lagi uang cadangan semisal diminta membayar iuran
kelas atau saat-saat darurat.
Untuk mengatasi hal-hal diatas, dibutuhkan manajemen uang
saku dengan baik dan bijak. Kita bisa membuat skala prioritas, pa kebutuhan
yang paling mendesak didahulukan terlebih dahulu. Yang tidak penting bisa
dikurangi, atau dilupakan dulu.
Jika kesulitan membuat skala prioritas, kita bisa membuat
catatan pengeluaran selama sebulan. Dengan mencatat pengeluaran, kita bisa tahu
sisa uang kita, sehingga bisa ditabung untuk keperluan esok hari. Catatan
pengeluaran juga berguna, saat kita benar-benar kehabisan uang, kita bisa
menunjukan catatan pengeluaran untuk menunjukan berapa kekurangan uang yang
kita butuhkan.
Memang, pada awalnya terasa ribut, tidak praktis. Tetapi
menghasilan efek positif yang lebih banyak. Tunggu apa lagi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar